Saturday, July 22, 2006

MEMORY OH MEMORY

Hari ini saya ketemu lagi sama mantan pacar. Tahun-tahun berlalu, tapi rasa marah tetap berkobar. Saya tidak kunjung bisa memaafkan dia. Semua yang dia lakukan. Mungkin memaafkan terlalu sulit. Saya cuma berharap saya bisa melupakan dan memulai lagi sebuah hubungan pertemanan dari awal. But I just can't. Don't know why. Saya bener2 gak tau kenapa.

Saya curiga kemarahan saya bukan pada dia. Tapi justru pada diri saya sendiri. Kenapa waktu dia menyakiti saya, saya tidak melakukan perlawanan. Kenapa waktu itu saya justru terlihat menikmati semuanya. Penghinaan, pemaksaan, pengabaian, bahkan pengkhianatan. Kenapa saya tidak melawan. Bahkan satu tamparan dari tangan saya tidak sempat mendarat di pipinya.

Sekarang lagi2 saya melakukan hal bodoh. Saya masih menyimpan bara ini saat dia sudah bahagia hidup bersama istri dan anaknya. Why can't I just move my life and never look back. Well, saya memang sudah melanjutkan hidup saya. melupakan segala usaha balas dendam. Tapi...ternyata itu tidak sepenuhnya terjadi. Saat bertemu lagi, saya tetap merasakan bara ini memanas walaupun nyalanya tidak seliar dulu. Kadang saya ingin bisa menyapanya. Tapi itu terlalu berat. Terlalu berat. Mungkin saya dan dia tidak perlu saling bertegur sapa lagi setelah semua yang terjadi. Menurut teori saya, memaafkan membutuhkan keikhlasan plus waktu. Mungkin semuanya memang belum komplit.

Apakah melupakan berarti memaafkan? Apakah memaafkan harus selalu melupakan? Apakah saya harus memaafkan dia? Memory oh memory. Andai memory itu tidak mengendap di kepala saya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home