Tuesday, September 20, 2005

ITU BUKAN MILIK GUE

Beberapa waktu yang lalu gue terlibat suatu perhelatan.konsernya orkestra UI tepatnya. Gue bantuin beberapa hal. Urusan bantu membantu waktu itu memang complicated banget. Itu berhubungan erat dengan masalah perasaan. Perasaan gue tentunya. Gue adalah anggota yang biasanya selalu main. Entah karena apa, anggap aja sebuah kekhilafan bersama, gue luput diajak untuk ikut main. Waktu itu, bahkan sampai sekarang gue masih merasakan kekecewaannya. Gue belum bisa sepenuhnya mengikhlaskan. Awalnya gue benci mereka semua. Berbulan-bulan gue gak datang ke tempat yang sudah seperti rumah buat gue dan bertemu dengan mereka yang udah gue anggap keluarga gue sendiri. Semuanya mulai berubah setelah datang ajakan buat bantu-bantu dari seseorang yang cukup gue segani dan hormati.

Jadilah gue bantu-bantu. Dengan semangat ingin terlibat dalam konser persembahan buat seseorang yang sangat gue hormati selama ini yang udah pergi setahun yang lalu, gue datang lagi ke tempat orang-orang yang mengecewakan gue latihan. Berat banget. Itu hal yang sangat berat ternyata. Gue harus melawan banyak hal. Diri gue, kekecewaan gue, keirian gue karena gak bisa ikut main, dan segala macam. Terparah, gue harus menghadapi semuanya sendiri. orang yang sangat gue cintai saat ini sama sekali gak mendukung. Gue ngerasa gak bebas jadi diri gue. Gue gak bisa mengekspresikan rasa kecewa gue. karena dia bakal marah kalau gue begitu. Jadilag gue orang lain yang tidak punya rasa kecewa. Dan itu siksaan besar.

Konser yang menyakitkan perasaan gue akhirnya lewat. semua orang merasa bahagia dan gembira. Tapi gue lagi-lagi berbeda. gue gak merasa gembira. Gue merasa seperti orang lain dan bukan bagian dari mereka. Gue merasa seperti orang lain. Gue gak bisa ikut merasa bahagia dan gembira semuanya berjalan lancar. Semua kebahagiaan, kegembiraan, dan kelegaan itu bukan milik gue.