Sunday, February 24, 2008


I Need Some Peace Here!

Kapan kita akan memperoleh ketenangan. Mungkin saat nyawa ini lepas dari raga, ketenangan itu baru hadir. Hidup yang penuh warna ini memang harus dibayar dengan ketiadaan ketenangan. Satu masalah selesai, prahara lain muncul. Satu dilema berakhir, kebingungan lain menghampiri. Satu pertanyaan terjawab, pertanyaan lain mengikuti. Lelah? Sudah pasti. Tapi lelah seharusnya tak membuat seseorang menyerah.

Bicara lelah, saya lelah dengan pertanyaan orang-orang yang terus datang tanpa mau berhenti. Pertanyaan demi pertanyaan mengikuti setiap perubahan fase hidup saya. Kalau saya ingat-ingat orang lain selalu punya pertanyaan pada kita. Waktu kita kecil, pertanyaannya, "Kalau sudah besar mau jadi apa?, Gimana nilai rapot kamu?" . Waktu lulus sekolah,pertanyaannya, "Mau melanjutkan kemana?". Waktu kita lulus SMA pertanyaannya, "Mau kuliah apa?". Setelah lulus kuliah pertanyaannya, "Mau kerja dimana? Sudah dapat pekerjaan belum?". Sudah lulus dan bekerja, pertanyaan selanjutnya adalah "Sudah punya pacar belum? Mau cari yang seperti apa sih?".

Kalau pada akhirnya seseorang menggandeng pacar ke acara keluarga atau perhelatan, ada lagi pertanyaan orang. Mungkin yang ini adalah pertanyaan favorit. "Kapan menikah? Kapan mau diresmikan? Nunggu apa sih?". Malah kadang-kadang diikuti dengan komentar lain yang tak kalah konyolnya. "Jangan lama-lama lho, Jangan terlalu memilih lah. Nanti keburu tua lho." Oh My God! Pernahkah mereka belajar menghormati urusan pribadi orang lain? Kapan sih mereka mau belajar? It's a big question for me. Lagipula menikah itu kan urusan sekali seumur hidup. Sudah pasti kita harus memilih dengan baik. Aneh sekali kalau urusan mencari pasangan hidup tidak boleh terlalu memilih.

Setelah pacaran sekian lama, akhirnya seseorang memutuskan untuk menikah. Ternyata pertanyaan itu tak juga berakhir. Setelah menikah, telinga rasanya mulai bising dengan pertanyaan, "Udah isi belum?". Dan kali ini mereka melangkah terlalu jauh.

Saya dan pastinya orang lain, mengalami serangkaian pertanyaan yang tak ada habisnya itu. Hati saya rasanya mau meledak saking menahan amarah. Tak bisakah saya memiliki ketenangan? Kalau memang ketenangan adalah sebuah barang mewah, tak bisakah saya memiliki sedikit privasi? Sebuah ruang pribadi yang hanya ada saya di sana.

Hal yang paling aneh bagi saya adalah mereka menganggap pertanyaan ini pertanyaan standar yang bisa digunakan untuk mencairkan suasana. Saya pernah tiba-tiba ditanya kapan menikah oleh ibu-ibu tetangga rumah calon suami saya kala itu. Saya bahkan tidak kenal dia, kecuali dia adalah tetangga calon suami saya. Saya terkaget-kaget dan kehilangan kata-kata saat itu. Kok bisa-bisanya dia begitu lancang bertanya kapan saya akan menikah. Kapanpun saya akan menikah, itu bukan urusan dia!

Bagi saya pernikahan adalah sebuah pilihan dan keputusan untuk menikah ada di tangan kita sendiri. Buat saya, tidak ada yang bisa memaksa saya menikah apapun alasannya. Kalau sekarang saya berstatus istri orang, karena saya memang memilih untuk menikah. Saya memilih untuk berbagi kehidupan yang begitu indah ini dengan orang yang saya cintai dan mencintai saya apa adanya. Bukan karena lingkungan sosial saya menuntut seorang perempuan menikah di usia 20an.

Namun, setelah menikah ternyata saya masih harus menahan diri untuk menghadapi pertanyaan kapan punya anak. Semua orang rasanya menikmati sensasi bertanya kapan punya anak pada pasangan yang baru menikah, termasuk saya dan suami. Saya berjuang keras untuk tidak melempar sepatu, sandal, tas, bahkan meja dan kursi kepada orang yang bertanya seperti itu pada saya.

Buat saya orang asing tak pantas bertanya seperti itu. Pertanyaan itu hanya "legal" bagi para sahabat. Tapi saya jamin mereka yang memang sahabat saya akan berpikir sejuta kali untuk bertanya pertanyaan-pertanyaan pribadi ini pada saya. Karena mereka tahu, saya tidak pernah senang ditanya seperti itu atau karena saya memang sudah duluan curhat kepada mereka tentang perkara-perkara ini.

Saya tak menuntut ketenangan dalam hidup ini. Adventurous life definitely much more interesting than plain, boring life. But, pleeeaseee don't disturb me with those stupid, unimportant question. Ada begitu banyak pertanyaan lain untuk membuka sebuah percakapan. How's life might be a good question, at least it will work for me.