Monday, July 30, 2007


PERNIKAHAN

Sekarang saya sedang mempersiapkan pernikahan saya dengan seseorang yang selama lebih dari lima tahun menemani saya. Banyak hal yang kami lewati bersama. Manis, getir, asam, asin. Semua rasa pernah kami cicipi.

Namun, mempersiapkan sebuah pernikahan ternyata sama rumitnya dengan menjalani hubungan itu sendiri. Bikin sakit kepala, sakit hati, dan sakit gigi (Hhh...). Mulai dari menentukan orang-orang yang terlibat, mencari konsep acara, menghadapi tuntutan kelurga, sampai memilih warna yang pas.

Kemarin saya ke Jogja untuk bertemu dengan seseorang yang akan merias saya nanti. Dan dimulailah kebingungan ini. Si perias ini - ibu Kinting - mengusulkan warna hijau botol untuk kebaya pengantin saat resepsi. Sejujurnya saya suka warna itu. Calon suami dan calon mertua juga sangat suka warna itu. Tapi begitu balik ke Jakarta semua orang bilang warna itu jelek. Bikin kulit gelap lah, bikin wajah saya terlihat tua lah. Tanggapan mereka membuat saya jadi bingung dan tidak yakin dengan pilihan saya sendiri.

Sungguh sulit mencari warna tema yang memuaskan semua orang. Banyak yang mengusulkan warna merah maroon dan emas. Tapi saya tidak terlalu sreg karena warna itu kurang tegas. Saya justru merasa warna itu akan membuat saya terlihat kusam dan kurang cerah. Hingga saat saya menyelesaikan postingan ini saya tetap belum yakin warna apa yang cocok untuk pernikahan saya. *sigh

Friday, July 20, 2007

SEKAR AYU D. K. D.
690401099Y
KONSTRUKSI OTOBIOGRAFI TERHADAP PERSONAL BRAND
Sebuah Analisis Framing terhadap Konstruksi Personal Brand
(Studi kasus: Konstruksi Personal Brand Anton Medan)
x + 104 halaman + 15 lampiran + Daftar Pustaka: 21 buku, 7 artikel dan jurnal online, 3 surat kabar

ABSTRAK

Perusahaan mengeluarkan banyak uang untuk membangun merek dan citra produk di benak calon konsumen. Karena orang-orang cenderung membeli sesuatu berdasarkan merek atau nilai semu yang terlihat dari merek tersebut. Salah satu contohnya adalah Volvo.

Merek Volvo menjanjikan sebuah keamanan bagi kita dan keluarga. Meskipun harganya lebih mahal dari harga mobil lainnya, tetapi ada nilai keselamatan di dalamnya. Seseorang bersedia membayar lebih untuk itu. (www.i-identified.com)

Merek dapat diartikan sebagai sebuah nama dimana sederet asosiasi dan keuntungan melekat pada pikiran konsumen. Nama ini dapat berupa produk, jasa, perusahaan atau bahkan individu (Bhalotia).

Pada dasarnya merek adalah sebuah tanda untuk mengenali sesuatu. Sebuah kualitas unik yang menjanjikan sebuah nilai tertentu yang membedakan seseorang atau perusahaan dari pesaingnya. Karenanya setiap orang yang ingin mengembangkan mereknya harus yakin dengan mereknya sendiri.

Personal branding lebih dari sekadar personal marketing. Hanya dengan mengetahui siapa diri kita sebenarnya dan secara konsisten menghidupkan brand tersebut, seseorang mampu dan meraih tujuan profesionalnya. Dengan demikian, personal branding merupakan suatu cara untuk mengkomunikasikan identitas seseorang.

Nitish Bhalotia (2004) melakukan sebuah penelitian yang berjudul Branding “Me Inc”. Penelitian ini membahas tentang personal brand dengan studi kasus personal brand milik Sachin Tendulkar, seorang atlet kriket India. Penelitian ini berusaha mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Bhalotia tersebut.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis konstruksi personal brand yang dibangun oleh seorang mantan narapidana melalui biografi dirinya. Selain itu penelitian ini juga mencari ciri yang membedakan antara personal brand yang dibangun oleh anggota masyarakat yang memiliki citra negatif dengan personal brand yang dibangun anggota masyarakat yang memiliki citra positif.

Untuk meneliti bahasan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif evaluatif dengan pendekatan studi kasus tunggal yang bersifat eksploratoris dan deskriptif. Data primer penelitian ini adalah otobiografi Anton Medan. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan model framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa personal brand yang dibentuk oleh anggota masyarakat yang memiliki citra negatif berisi pembelaan diri dari stigma yang diberikan oleh masyarakat. Personal brand tersebut juga memposisikan seseorang tersebut sebagai korban.